Kamis, 17 September 2009

PENGEMBANGAN STRATEGI COLLABORATIVE WRITING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA PADA MATAKUIAH MENULIS BUKU ILMIAH

Pengembangan Strategi Collaborative Writing
dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Mahasiswa
pada Matakuliah Menulis Buku Ilmiah

Oleh Masnur Muslich

Konteks
Dalam Struktur Kurikulum Program Studi Bahasa dan Sastra Indoneia S1 pada Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Univesitas Negeri Malang, matakuliah Menulis Buku Ilmiah (MBI) merupakan kelompok Matakuliah Kemahiran Berbahasa Indonesia yang diberi bobot 3 sks dan 4 js. Matakuliah yang disajikan pada semester V ini bertujuan agar mahasiswa dapat menghasilkan buku ilmiah dalam bidang bahasa dan sastra Indonesia (Katalog Jurusan Sastra Indonesia, Edisi 2008). Untuk mencapai kompetensi tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Selain mahasiswa dituntut menguasai proses dan langkah-langkah penulisan yang benar sehingga dapat menghasilkan karya berupa buku ilmiah sesuai target; pengampu matakuliah ini juga dituntut mampu memilih dan menerapkan strategi perkuliahan secara benar dan mantap.
Menyadari kompetensi yang ingin dicapai matakuliah MBI ini cukup kompleks, matakuliah ini disajikan setelah matakuliah Dasar-dasar Menulis (DM) dan matakuliah Menulis Artikel dan Makalah (MAM). Matakuliah DM diarahkan pada pencapaian kompetensi menulis yang bersifat parsial, sedangkan matakuliah MAM dirahkan ada kompetensi pengembangan ide dalam bentuk tulisan pendek. Dengan demikian, peserta matakuliah MBI diharapkan sudah memiliki kompetensi dasar yang dipersyaratkan dalam menulis buku ilmiah.
Matakuliah yang jumlah pesertanya cukup sarat untuk ukuran matakuliah keterampilan (skill), yaitu antara 35 – 40 mahasiswa per kelas, mengakibatkan pelaksanaan perkuliahan ini tidak berjalan secara efektif dan kurang membuahkan hasil yang maksimal. Sinyalemen ini terlihat pada fenomena berikut. Pertama, sebagian mahasiswa masih belum mampu mengorganisasikan gagasan dengan runtut dan kohesif, belum mampu memberikan argumenatasi pada setiap pernyataan yang disampaikan, dan belum menunjukkan kemandirian dan kekreativitasan dalam menulis. Usaha untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan pengampu matakuliah MBI dengan memberikan penjelasan teoretis dan contoh penerapannya. Akan tetapi, untuk matakuliah keterampilan, memberikan contoh dan penjelasan yang lengkap tidaklah cukup. Praktik yang intensif dan pemberian umpan balik yang terus-menerus diperlukan dan sangat berperan dalam perbaikan karya tulis mahasiswa.
Pemberian umpan balik secara perseorangan telah dilakukan. Namun, upaya itu sangat memakan waktu karena pegampu MBI pada umumnya menangani lebih dari satu kelas. Akibatnya, hasil umpan balik yang diberikan kepada mahasiswa sering terlambat sehingga menghambat target penulisan yang dilakukan mahasiswa. Ketika pengampu melakukan umpan balik secara kolektif berdasarkan kesalahan umum yang dibuat mahasiswa, tetap saja tidak membantu meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap kekurangan yang terdapat dalam tulisan meeka. Peneliti berpendapat bahwa kemandirian mahasiswa untuk memeriksa dan untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka sangatlah kurang.
Gambaran tersebut juga dapat ditengarai bahwa pembelajaran MBI masih atau lebih berokus pada hasil, bukan pada proses. Padahal, pendekatan pembelajaran yang dianggap terbaik untuk saat ini adalah pendekatan proses. Dalam pendekatan produk, mahasiswa lebih ditekankan untuk menulis topik tertentu untuk kemudian dinilai. Sementara itu, dalam pendekatan proses, para mahasiswa melaksanakan tahapan-tahapan menulis yang merupakan suatu siklus yang terdiri dari brainstorming, drafting, revising, dan editing. Dengan lebih menekankan pada proses diharapkan mahasiswa akan lebih mandiri dan memahamil angkah-langkah untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik.
Salah satu cara yang dipandang dapat mendukung pendekatan proses dalam pembelajaran MBI adalah penggunaan strategi Colaborative Writing (CW). Dengan penerapan strategi CW, mahasiswa lebih mandiri dan aktif memberikan umpan balik dalam setiap tahapan penulisan. Umpan balik dari sesama mahasiswa (peer-response) ini akan lebih cepat diterima mahasiswa yang bersangkutan; dan perbaikannya pun akan lebih cepat dilakukan.
Mengapa Collaborative Writing Menjadi Pilihan?
Konsep collaborative writing (CW) ini merupakan derivasi dari konsep collaborative learning (CL), yang menurut Gokhale (1995) diartikan sebagai suatu strategi pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dalam aktivitas kelompok kecil (minimal dua orang) untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Melalui cara belajar seperti diskusi dan aktivitas pertukaran ide, mahsiswa mendapatkan porsi lebih untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sekaligus belajar mengemban tanggung jawab akan kelancaran jalannya proses pembelajaran. Jadi, CW bukan menulis bersama-sama atau menulis berjamaah.
Teknik ini tentunya jauh berbeda dengan teknik pengajaran tradisional yang cenderung memberikan fokus pada aspek teori dan didominasi oleh dosen. Dalam teknik kolaboratif ini, mahasiswa didorong untuk berani berpartisipasi aktif melalui diskusi dan memberikan penilaian atau respons terhadap ide atau pendapat orang lain.
CW merupakan strategi pembelajaran menulis yang melibat pihak lain dalam proses penulisan. Pihak lain yang disebut kolaborator ini “memantau” setiap tahapan penulisan dengan cara memberikan penilaian dalam bentuk komentar dan catatan perbaikan. Berdasarkan penilaian kolaborator, penulis memperbaikinya. Begitu seterusnya sampai pada langkah terakhir.
Menurut Alwasilah (2000), strategi CW ini memiliki sejumlah kelebihan sebagai berikut:
(a) menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain dan meningkatkan kemampuan memformulasi dan menyatakan gagasan;
(b) menanamkan sikap akan menulis sebagai suatu proses karena kerja kelompok menekankan revisi, memungkinkan mahasiswa yang agak lemah mengenal tulisan karya sejawat yang lebih kuat;
(c) mendorong mahasiswa saling belajar dalam kerja kelompok, dan menyajikan suasana kerja yang akan mereka alami dalam dunia professional di masa mendatang; dan
(d) membiasakan koreksi diri dan menulis draf secara berulang, dimana mahasiswa sebagai penulis menjadi pembacanya yang paling setia.
Secara hakikat, CW adalah sebuah proses sosial dimana para penulis saling mencari pemahaman bersama. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, setiap anggota berperan sesuai dengan sejumlah aturan interaksi dan aturan sosial. Anggota-anggota ini membangun tujuan yang sama; mereka memiliki pengetahuan yang berlainan; mereka berinteraksi dalam satu kesatuan; dan mereka mengambil jarak dengan teks (Barnum,1994.).
Berdasarkan hasil studi Alwasilah (2000) yang melibatkan 30 mahasiswa PPS UPI Bandung ihwal CW terungkap bahwa CW itu:
(a) menyadarkan mahasiswa akan kompleksitas menulis dan akan kelemahan diri;
(b) sebagai strategi dalam mengajarkan menulis pada berbagai tingkat pendidikan dari SD sampai PT; dan
(c) memotivasi mahasiswa untuk menulis, mempelajari cara orang lain menulis dan membaca referensi lebih banyak.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, strategi CW ada beberapa kekurangan, dan yang terutama adalah (1) sulitnya mendapatkan sejawat yang dapat bekerja sama, (2) dalam kerja kelompok seringkali didapat terlalu banyak alternatif atau saran perbaikan yang membingungkan dan (3) menyita banyak waktu dosen dan mahasiswa (Alwasilah, 2000).
Pemilihan dan penggunaan strategi CW untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam perkuliahan MBI didasarkan atas kajian teori terkait dengan penelitian tindakan kelas (classroom action reserach) – yang lebih dikenal dengan istilah PTK – yang diperlukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Nelson (2000) mendefinisikan PTK sebagai proses reflektif yang sistematis untuk meningkatkan pengajaran dan pemahaman perorangan. Sementara itu Winter dalam Skerrit (1996:14) menyatakan bahwa PTK merupakan gabungan dari evaluasi diri dan pengembangan profesional. Dengan demikian, penerapan strategi CW ini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengevaluasi perkuliahan MBI yang berlangsung selama ini, dan sekaligus untuk mengembangkan profesionalitas peneliti sebagai pengampu matakuliah MBI.
Terkait dengan pengajaran menulis (writing), Kern (2000:180-184) menyatakan bahwa ada dua hal yang menjadi orientasi dalam pengajaran menulis, yaitu pendekatan produk, dan pendekatan proses. Pendekatan produk lebih mementingkan form tekstual, dengan lebih mengajarkan tata bahasa, analisis kesalahan, atau mengkombinasikan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk. Di samping itu, mahasiswa diajarkan untuk menulis dengan meniru model yang sudah ada. Hal ini mengabaikan aspek kognitif dari menulis. Menulis dipandang sebagai tindakan linguistik. Dalam pendekatan proses, Cumming dalam Reid (1993) menyatakan bahwa menulis adalah negosiasi makna antara penulis dan pembaca yang melibatkan proses berkesinambungan mulai dari rancangan sampai proses revisi. Menurutnya, tahapan dalam menulis terdiri dari prewriting, drafting and revising. Dalam prewriting, mahasiswa mengeluarkan ide untuk menemukan topik yang akan mereka tulis. Setelah menemukan ide, mereka membuat rancangan (drafting) yang kelak direvisi (revising) dan ditulis ulang sampai selesai. Proses ini akan mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menuangkan gagasan mereka dalam tulisan. Sementara itu, menurut Shih (dalam Brown, 2001:335) proses menulis mencakup beberapa langkah. Pertama, dosen membantu mahasiswa untuk memahami proses menulis mereka sehingga mereka mampu menemukan strategi yang sesuai. Selanjutnya, mahasiswa diberi waktu yang cukup untuk menulis dan merevisi tulisannya. Mahasiswa didorong untuk menuangkan apa yang ingin mereka sampaikan melalui tulisannya. Kemudian, dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa lainnya untuk memberikan umpan balik sehingga mahasiswa tidak hanya mendapatkan umpan balik dari dosen tetapi juga dari teman sejawat. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat mandiri (autonomous).
Mengenai kemandirian mahasiswa dalam belajar (learning autonomy), Benson (dalam Nunan, 2003:290) mendefinisikan kemandirian mahasiswa sebagai kemampuan untuk mengawasi pembelajarannya sendiri. Dengan demikian, kemandirian belajar mencerminkan kesadaran mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya dalam belajar. Sementara itu, Little (dalam Nunan, 2003) mengatakan bahwa learning autonomy adalah kemampuan untuk “berdiri sendiri, refleksi kritis, membuat keputusan, dan bertindak mandiri”. Dengan demikian, mahasiswa menyadari bahwa sebagai pembelajar, ia harus bertanggung jawab atas kebutuhannya untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu. Kemandirian mahasiswa dapat ditingkatkan dengan beberapa prinsip yang mencakup: (1) melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pembelajaran, (2) memberikan pilihan pembelajaran dan sumber pembelajaran, (3) memberikan kesempatan untuk memilih dan memutuskan, (4) memberikan semangat kepada mahasiswa, dan (5) mendorong mahasiswa untuk melakukan refleksi (Benson dalam Nunan, 2003:291).
Penggunaan CL dalam pengajaran menulis telah banyak digunakan dalam dekade terakhir. Pembelajaran kolaboratif dapat diartikan sebagai kumpulan konsep dan teknik untuk menambah nilai interaksi antar mahasiswa (Reid, 1993). Dalam proses menulis, CL dapat meningkatkan kesadaran diri dan kepercayaan diri mahasiswa (Duin dalam Haley, 1999). Keuntungan lain dari CL adalah memberikan penilaian yang otentik bagi setiap mahasiswa (sebagai kolaborator), dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang membantu mereka mendapatkan ide dan umpan balik (Bruffee, 1999; Cooper, 1995; Cooper dan Mueck, 1989; Slavin; 1995)
Menurut Blanton (1992), CL dalam kelompok kecil membuat menulis menjadi lebih mudah. Hal ini karena dalam proses menulis yang meliputi drafting, revising, reading, dan editing mahasiswa melakukannya secara bersama-sama. Para mahasiswa saling bertukar informasi dan memberikan respons untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Selain meningkatkan keterampilan menulis, CL juga dapat meningkatkan kemandirian mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dunn, 1996; Louth dkk, 2001; Scheffler dkk,1992; Stanier, 1997; dan Wright dkk, 1993 menunjukkan bahwa CL dapat merangsang mahasiswa untuk berpartisipasi aktif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Graves (1983) menunjukkan bahwa pemberian umpan balik oleh mahasiswa memberikan dampak positif. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Kantor (1984) yang menunjukkan bahwa CL dapat mengubah sikap egosentris menjadi kesadaran akan adanya pembaca sehingga mereka lebih memperhatikan strategi untuk perbaikan karya tulisnya.
Dalam hal kemandirian belajar mahasiswa, dosen tetap berperan sebagai fasilitator yang bertanggung jawab untuk memberikan tugas dan mengelola kelas untuk merangsang mahasiswa belajar (Weiner dalam Reid, 1993). Pemantauan dosen ketika mahasiswa melakukan ”kolaborasi” dengan teman sekelompoknya sangat diperlukan.

Bagaimana Langkah Pengembangan Strategi Collaborative Writing dalam Matakuliah MBI
Sebagai upaya perbaikan pembelajaran, langkah pengembangan strategi CW dalam matakuliah MBI ini tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah yang biasa dilakukan dalam PTK, yaitu (1) merencanakan perbaikan, (2) melaksanakan tindakan, (3) mengamati, dan (4) melakukan refleksi.
Sebelum merencanakan perbaikan terlebih dahulu dilakukan ”refleksi awal” berupa identifikasi masalah, analisis masalah, dan perumusan masalah. Identifikasi masalah – bagaikan seorang dokter mendiagnosis penyakit pasien – ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang perkuliahan MBI. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen yang terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh dosen. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan. (Lihat uraian pada butir Konteks di atas)
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari atau mengembangkan alternatif perbaikannya, yang dilakukan dengan mengkaji teori, mengkaji hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hasil yang dicapai dalam langkah ini, dikembangkan cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen dosen, kemampuan mahasiswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta iklim pembelajaran di kelas sasaran. (Lihat uraian pada butir Mengapa Collaborative Writing menjadiPilihan? di atas)
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana perkuliahan dan skenario tindakan, termasuk bahan perkuliahan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan, menyiapkan alat pendukung atau sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data, serta melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.
- Rencana Perbaikan Perkuliahan (RPP) dibuat dengan menggunakan format yang hampir sama dengan format Lesson Plan atau Satauan Acara Perkuliahan (SAP). Bedanya, dalam RPP terdapat tujuan perbaikan, deskripsi kegiatan lebih rinci, tugas-tugas dan kriteria penilaian dicantumkan secara lengkap. Format RPP dapat disesuaikan dengan gaya selingkung.
- Untuk membuat RPP yang akurat dan dapat diandalkan dalam pelaksanaan, perlu dilakukan langkah-langkah: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) menyiapkan sarana dan fasilitas pembelajaran, (3) menyusun RPP secara lengkap, (4) mensimulasikan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP untuk melihat kelayakannya, dan (5) menyempurnakan RPP berdasarkan hasil simulasi.
- Prosedur dan alat pengumpul data ditentukan berdasarkan masalah dan tujuan perbaikan. Jika dosen meminta teman sejawat untuk mengobservasi pelaksanaan perbaikan, lembar observasi harus disepakati terlebih dahulu. Karena data yang dikumpulkan lebih cenderung kepada data kualitatif, maka prosedur dan alat pengumpul data dapat berupa observasi dengan menggunakan lembar observasi, wawancara berdasarkan panduan wawancara, catatan dosen, dan refleksi.
(Lihat bahan perkuliahan ”Bagian 1 Mengapa Anda Menulis?” terlampir, yang dikembangkan dari Topik 1 yang terdapat dalam RPP Matakuliah MBI)
Dalam melaksanakan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi dilakukan secara simultan. Aktor utama adalah dosen, namun dosen dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat. Agar pelaksanaan tindakan sesuai dengan kaidah PTK, perlu diterapkan kriteria berikut.
 Metodologi penelitian jangan sampai mengganggu komitmen dosen sebagai pengampu matakuliah.
 Pengumpulan data jangan sampai menyita waktu dosen terlampau banyak.
 Metodologi harus reliabel (handal) hingga dosen dapat menerapkan strategi yang sesuai dengan situasi kelasnya.
 Masalah yang ditangani dosen harus sesuai dengan kemampuan dan komitmennya.
 Dosen harus memperhatikan berbagai aturan (etika) yang berkaitan dengan tugasnya.
 PTK harus dilakukan dalam situasi yang alami sehingga tidak mengganggu program perkuliahan.
Setelah melakukan persiapan akhir, dosen siap untuk melakukan tindakan perbaikan. Pelaksanaan tindakan perbaikan berlangsung di kelas dosen sendiri sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Selama pelaksanaan perbaikan, di samping mengajar, dosen mengumpulkan data, yang dapat dilakukan dengan bantuan teman sejawat atau tanpa bantuan. Oleh karena itu, dosen perlu membuat catatan setiap kesempatan, atau segera mencatat peristiwa penting setelah perkuliahan usai.
Perlu disadari bahwa keberhasilan tindakan perbaikan banyak tergantung dari keyakinan dosen akan langkah-langkah yang telah disiapkan, kesiapan dosen untuk melakukan perbaikan, dan tentu saja komitmen dan kerja keras dosen. Oleh karena itu, kredibelitas dosen dalam pelaksanaan tindakan perbaikan ini sangatlan dipertaruhkan.
Pengumpulan data pelaksanaan tindakan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti: observasi, catatan harian, rekaman, angket, wawancara, dan analisis dokumen hasil belajar mahasiswa. Tahap observasi dan interpretasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan perbaikan. Selain untuk menginterpretasikan peristiwa yang muncul sebelum direkam, interpretasi juga membantu dosen melakukan penyesuaian. Observasi yang efektif berlandaskan pada lima prinsip dasar, yaitu: (1) harus ada perencanaan bersama antara dosen dan pengamat, (2) fokus observasi harus ditetapkan bersama, (3) dosen dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama, (4) pengamat harus memiliki keterampilan mengobservasi, dan (5) observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai aturan. Ada empat jenis observasi yang dapat dipilih, yaitu: observasi terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi yang bertujuan memantau proses dan dampak perbaikan dilakukan dengan mengikuti tiga langkah yang merupakan satu siklus yang selalu berulang, yaitu: pertemuan pendahuluan (perencanaan), pelaksanaan observasi, dan diskusi balikan.
Selain melalui observasi, data mengenai pembelajaran dapat dikumpulkan melalui catatan/laporan harian dosen, catatan harian mahasiswa, wawancara (antara dosen dan mahasiswa, pengamat dan mahasiswa, serta pengamat dan dosen), angket, dan telaah berbagai dokumen. Data penelitian pada dasarnya dikumpulkan oleh dosen yang berperan sebagai peneliti dan pengajar, dan jika perlu dapat dibantu oleh teman sejawat. Data tersebut lebih banyak bersifat kualitatif, meski ada juga yang berupa data kuantitatif.
Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh dosen yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Analisis data dilakukan dengan cara memilih, memilah, mengelompokkan, data yang ada, merangkumnya, kemudian menyajikan dalam bentuk yang mudah dibaca atau dipahami. Penyajian hasil analisis data kualitatif dapat dibuat dalam bentuk uraian singkat, bagan alur, atau tabel sesuai dengan hakikat data yang dianalisis. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan persentase, dan nilai rata-rata. Penyajian hasil analisis dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi atau grafik.
Berdasarkan hasil analisis, selanjutnya dilakukan interpretasi dan refleksi. Interpretasi data adalah upaya peneliti untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Interpretasi ini pada gilirannya akan menjadi temuan penelitian. Analisis yang akurat dan cara penyajian yang tepat akan memungkinkan tafsiran/interpretasi hasil penelitian yang akurat dan valid itu. Oleh karena itu, dosen harus sangat berhati-hati dalam melakukan analisis. Kekurang-akuratan dapat diminimalkan dengan melakukan "cross check" dengan sumber data atau dengan data lain yang sejenis.
Refleksi dilakukan setelah data pembelajaran diolah, atau setelah dosen mempunyai gambaran tentang keberhasilan/kegagalan atau kekuatan/kelemahan tindakan perbaikan yang dilakukan. Kekuatan ingatan dan kejujuran dalam melakukan refleksi akan sangat membantu dosen menemukan kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan yang telah dilakukan sehingga dapat dihasilkan masukan yang bermakna bagi perencanaan daur berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi, dosen melakukan perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama, yang berfokus pada bagian-bagian yang dinilai masih mempunyai kekurangan atau kelemahan.

Penutup
Pengembangan strategi CW dalam perkuliahan MBI sudah diterapkan pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Jurusan Sastra Indonesia Fakulktas Sastra Universitas Negeri Malang sejak Semester Gasal 2007/2008. Sampai saat ini masih dalam taraf perbaikan mulai dari perbaikan bahan pekuliahan, panduan kegiatan penulisan, panduan kolaborator, sampai dengan kriteria penilaian akhir.
Pada tahun kedua ini (Semester Gasal 2008/2009) penerapan strategi CW dalam perkuliahan MBI telah menunjukkan hasil yang signifikan. Dari 22 mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan, 10 mahasiswa mendapatkan nilai A, 8 mahasiswa mendapatkan nilai A-, 1 mahasiswa mendapat nilai B+, 3 mahasiswa mendapatkan nilai K (karena yang bersangkutan tidak/belum dapat menyelesaikan tugas final sampai dengan batas toleransi yang diberikan).
Pada dua tahun terakhir ini diharapkan sudah menghasilkan perangkat perkuliahan MBI dengan menggunakan strategi CW yang sudah mantap. Oleh karena itu, saran dan ide-ide inovatif dari para peserta seminar ini sangat dinantikan demi penyempurnaan program pengembangan strategi CW ini.

Pustaka Acuan
Alwasilah, A. Chaedar. 2000. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global. Andira: Bandung.
Alwasilah, A. Chaedar. 2005. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Kiblat: Bandung.
Barnum, Carol M. 1994. “Collaborative Writing in Graduate Technical Communication: Is There a Difference?” Journal of Technical Writing and Communication 24(4):405-419.
Blanton, L.L. 1992. Reading, Writing, and Authority: Issues in Developmental ESL. College ESL, 2(1), 11-19
Brown, Douglas, H. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Bruffee, Kenneth A. 1999. Collaborative Learning: Higher Education, Interdependence, and the Authority of Knowledge. 2nd edition. Baltimore: Johns Hopkins University Press.
Cooper, James L. and Randall Mueck. 1989. “Cooperative/Collaborative Learning: Research and Practice (Primarily) at the collegiate Level.” The Journal of Staff, Program & Organization Development. 7(3):143-148.
Cooper, Melanie. 1995. “Cooperative Learning: An Approach for Large Enrollment Courses.” Journal of Chemical Education 72(2):162-164.
Dunn, Dana S.. 1996. “Collaborative Writing in a Statistics and Research Methods Course.” Teaching of Psychology, Vol. 23, 1996
Gokhale, Anurdha, A. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. An Online Article. Available at http://skepdic.com
Graves, Donald H. 1983. Writing: Teachers and Children at Work. New Hampshire: Heinemann
Haley, Darryl E. 1999. Collaborative Writing: Some Late 20th Century Trends. East Tennessee State University
Kantor, Kenneth J. 1984. Classroom Contexts and the Development of Writing Institution: An Ethnographyc Case Study. New York: Guilford.
Louth, Richard, Carole McAllister, and Hunter A. McAllister. 1993. “The Effects of Collaborative Writing Techniques on Freshman Writing and Attitudes.” Journal of Experimental Education 61(3):215-224.
Nelson, S. 2000. “Teaching collaborative writing and peer review techniques to engineering and technology undergraduates.” Frontiers in Education Conference, Volume 2, Issue , 2000 Page(s):S2B/1 - S2B/5 vol.2
Nunan, David. 2003. Practical English Language Teaching. New York: Mc Graw-Hill.
Nunan, David. 2004. Practical English Language Teaching. The MacGraw Hill Companies: Singapore
Reid, Joy.M. 1993. Teaching ESL Writing. New Jersey: Prentice Hall Regents
Scheffler, Judith. 1992. “Using Collaborative Writing Groups to Teach Analysis of an RFP (My Favorite Assignment).” The Bulletin of the Association for Business Communication 55(2):26-28.
Skerrit, Zuber. 1996. New Directions in Action Research. London: The Falmer Press
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. 2nd edition. Boston: Allyn and Bacon.
Stanier, Linda. 1997. “Peer Assessment and Group Work as Vehicles for Student Empowerment: A Module Evaluation.” Journal of Geography in Higher Education 21(1):95-98.
Wright, W. Alan, Eileen M. Herteis, and Brad Abernethy. 2001. Learning Through Writing: A Compendium of Assignments and Techniques, Revised edition. Halifax, Canada: Office of Instructional Development and Technology, Dalhousie University.
Lampiran Bahan Perkuliahan Bagan 1
Bagian 1
Mengapa Anda Menulis?

Sebagai bagian dari komunitas akademik, Anda tidak mungkin lepas dari kegiatan tulis-menulis, mulai dari yang berbentuk makalah, laporan hasil kuliah kerja lapangan, laporan hasil penelitian, sampai dengan karya tulis ilmiah lainnya (skripsi, tesis, disertasi). Serangkaian kegiatan yang telah mentradisi di lingkungan komunitas akademik ini pada dasarnya adalah forum atau sarana penyampaian informasi baru, gagasan, kajian, atau temuan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang-bidang keilmuan yang Anda geluti. Lewat forum inilah Anda diharapkan bisa lebih memahami, mendalami, dan mengembangkan disiplin ilmu masing-masing. Oleh karena itu, akan naif rasanya apabila ada sebagian komunitas akademik – termasuk Anda? – dengan sengaja menghindari kegiatan-kegiatan tulis-menulis tersebut.
Sejak Anda duduk di bangku SD, SMP, dan SMA telah mendapatkan pelajaran menulis. Dengan demikian, mestinya teori menulis sudah Anda ketahuai bahkan Anda pahami dengan baik. Tetapi, mengapa sampai saat ini sebagian besar di antara Anda masih saja merasakan kegiatan menulis sebagai beban? Bagaimana “status” pengetahuan dan pemahaman Anda tentang teori menulis?
Kondisi yang menimpa pada diri Anda tersebut tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Anda. Banyak faktor penyebabnya. Penerapan pembelajaran menulis yang selama ini menonjolkan banyak teori dan mengesampingkan praktik, akan membuahkan “rasa takut” menulis. Sebagian besar guru yang mengajarkan menulis pun tidak mampu menunjukkan “model” sebagai sosok penulis yang dapat ditiru atau dicontoh oleh siswanya. Akibatnya bisa ditebak bahwa siswa kehilangan panutan. Mereka hanya “tahu tentang menulis tetapi tidak bisa menerapkannya.”
Sebagai sebuah keterampilan, kemampuan menulis tak ubahnya dengan kemampuan bersepeda. Walaupun Anda mempunyai pengetahuan tentang cara mengayunkan pedal sepeda, cara memegang setir, dan cara duduk di sadel, apabila tidak pernah berlatih yang terus-menerus, Anda sampai kapan pun tidak akan pernah mampu bersepeda. Ketika awal berlatih bersepeda, Anda jatuh, menabrak pagar, bahkan masuk selokan, merupakan hal biasa bagi pemula. Yang penting, hasil akhirnya Anda dapat bersepeda dengan lancar. Kemampuan menulis pun demikian. Ketika awal berlatih menulis, Anda akan mengalami kegagalan dalam menyusun kalimat, memilih dan membentuk kata, menyusun paragraf, menulis ejaan dan tanda baca. Hal itu sudah biasa. Yang penting, dengan belajar dari kegagalan itu, Anda dapat memperbaikinya setahap demi setahap yang akhirnya membuahkan karya tulis yang baik.
Menyadari kelemahan pembelajaran menulis yang selama ini masih menonjolkan teori, pembelajaran menulis kali ini diarahkan sebaliknya. Anda akan diajak langsung menulis yang dibarengi dengan pengamatan dan pemahaman kiritis terhadap model-model tulisan yang sering Anda jumpai. Kegiatan yang dikemas dengan srategi collaborative writing ini, akan menggiring Anda untuk terampilan menulis secara maksimal. Insyaallah!

PASTIKAN ANDA MAMPU MENULIS.
YAKINLAH, DENGAN KEMAMPUAN MENULIS, PELUANG ANDA MERAIH CITA-CITA LEBIH TERBUKA.



Kegiatan 1
Berbagilah ke dalam kelompok terdiri atas 4 – 5 orang. Upayakan setiap kelompok berjarak yang cukup agar ketika berdiskusi kelompok, Anda tidak terganggu oleh “suara” kelompok lain.
Diskusikan permasalahan di bawah ini selama 15 menit. Setelah itu, laporkan hasilnya di depan kelas.
1. Refleksikan pengalaman Anda. Ketika Anda mendapatkan pelajaran menulis di SD, SMP, dan SMA (atau yang sederajat), pengetahuan apa yang selalu Anda praktikkan ketika menulis?
2. Kesulitan dan keraguan apa yang Anda rasakan ketika Anda menulis? Bagaimana Anda menanggulagi kesulitan dan keraguan itu?
3. Apakah cara atau strategi yang dilakukan guru Anda ketika memberikan pelajaran menulis? Apakah cara itu Anda senangi atau tidak Anda senangi? Mengapa Anda merasakan demikian?
4. Kompetensi apa yang Anda inginkan dalam pelajaran menulis? Mengapa Anda menginginkan demikian?
5. Ketika Anda memasuki jenjang perguruan tinggi, Anda masih mendapatkan matakuliah Menuis Buku Ilmiah. Apakah Anda masih menganggap perlu menempuhnya? Jika perlu, apa yang Anda inginkan dalam matakuliah tersebut? Mengapa Anda menginginkan demikian?


KOMENTAR DAN TANGGAPAN POSITIF ANDA INI MERUPAKAN BUKTI BAHWA ANDA MEMPUNYAI KESADARAN AKAN PENTINGNYA MATAKULIAH MENULIS BUKU AJAR.
DENGAN KESADARAN TERSEBUT DIHARAPKAN ANDA MEMPUNYAI KEPEDULIAN YANG TINGGI TERHADAP SEMUA KEGIATAN YANG DAPAT MEMUPUK KETERAMPILAN MENULIS BUKU ILMIAH.



Kegiatan 2
Sebagai pancingan, carilah satu buku ilmiah yang paling Anda kesani, terutama buku yang terkait dengan bidang studi yang sedang Anda dalami!
1. Bacalah dengan cepat buku yang telah Anda pilih tersebut untuk mendapatkan ide secara keseluruhan!
2. Bacalah sekali lagi untuk memperoleh detail isinya!
3. Tandailah bagian-bagian yang menjadi perhatian Anda, dengan cara melingkari, menggarisbawahi, menandai, atau mengomentarinya. Perhatian Anda bisa karena tertarik, ragu, penasaran, maupun terkejut atas isi, bahasa, pemikiran yang terdapat di dalamnya.
4. Tulislah komentar Anda secara bebas tentang buku yang telah Anda cermati tersebut! Komentar Anda dapat berupa kelebihan dan kekurangan apa saja ang terdapat buku, atau hal-hal lain yang terlintas di pikiran Anda.
5. Sampaikan komentar Anda di depan kelompok untuk mendapatkan tanggapan balik dari anggota kelompok! Lakukan secara bergantian!



RANGKAIAN KEGIATAN TERSEBUT MERUPAKAN STRATEGI MEMBACA KRITIS.
STRATEGI MEMBACA DEMIKIAN MESTINYA HARUS ANDA BIASAKAN SETIAP ANDA MEMBACA BUKU ILMIAH SEBAGAI BAGIAN DARI STRATEGI BELAJAR.
KALAU KEBIASAAN INI ANDA LAKUKAN, ANDA AKAN SEBAGAI SOSOK ILMUWAN YANG KRITIS.



Kegiatan 3
Pada kegiatan ini Anda “dipaksa” untuk dapat menulis. Sebab, pada dasarnya Anda mempunya kompetensi menulis, yang berpotensi sama dengan penulis-penulis professional lainnya. Anda harus dapat membuktikannya!
1. Nah, sekarang tulislah sebuah esai bebas berupa respons atas buku yang sudah Anda baca di atas! Esai Anda dapat fokuskan pada isi buku, teori yang digunakan atau yang dirujuk, bahasa yang digunakan, cara penyajian, atau hal apa saja yang terlntas pada pikiran Anda atas buku tersebut.
2. Esai Anda harus Anda tulis dengan media komputer, berjarak dua spasi, huruf Arial, 12 poin, minimal 500 kata, dengan ukuran kertas A4.
3. Ketika menulis esai, Anda harus memperhatikan tatacara penulisan yang benar, mulai dari pemilihan dan pembentukan kata, penyusunan kalimat, pengembangan paragraf, sampai dengan pemakaian ejaan dan tanda baca.
4. Berillah judul yang menarik, singkat, menantang, dan provokaif! Jangan menggunakan judul yang telah dipakai oleh orang lain! Anda harus kreatif.
5. Di bawah judul cantumkan nama Anda!
6. Di sudut kiri atas halaman pertama cantumkan:
Tanggal:
Draf : 1, 2, dst.
Revisi : 1, 2, dst.
7. Di akhir karangan cantumkan:
Kolaborator 1: __________ Tanggal: ________ Tanda tangan: _______
Kolaborator 2: __________ Tanggal: ________ Tanda tangan: _______
Kolaborator 3: __________ Tanggal: ________ Tanda tangan: _______
Kolaborator 4: __________ Tanggal: ________ Tanda tangan: _______
8. Serahkan hasil esai Anda pada pertemuan yang akan datang.


ANDA TERNYATA MEMPUNYAI KOMPETENSI MENULIS. BAGAIMANA PERASAAN ANDA KETIKA MENULIS ESAI? APAKAH ADA KERAGUAN? DALAM HAL APA ANDA RAGU MENULIS?
SAMPAIKAN DI DEPAN KELAS UNTUK MENDAPATKAN RESPONS DARI TEMAN.

Tidak ada komentar: